Halaman

Senin, 29 April 2013

Berlatih Silat dengan Ilmu Silat


Teman-teman Atlet Silat sekalian yang saya hormati,

Saya juga seorang gamer, game kegemaran saya adalah Samurai Shodown, Tekken, Need For Speed, Starcraft, dan Industry Giant II. Saya bermain cukup bagus, sehingga hanya beberapa orang saja yang bisa mengalahkan saya –iya, ternyata masih ada langit di atas gedung bertingkat. Awalnya, saya kira saya akan mudah memenangkan Tekken setelah saya bagus dalam bermain Samurai Shodown, ternyata saya salah. Saya masih harus belajar lagi. Kemudian, saya teralihkan dengan kehadiran Need For Speed, waktu itu masih Hot Pursuit. Saya pikir akan mudah memainkannya, toh saya sudah belajar banyak game. Ternyata saya salah, sekali lagi. Selesai menamatkan SS, Tekken, dan NFS, saya menemukan sebuah gender game baru, Industry Giant II. Dari namanya, tentunya sudah bisa ditebak bahwa game ini bukan tentang adu cepat bergerak sebagaimana tiga game sebelumnya.
Ternyata sama saja; game ini juga membutuhkan kecepatan berpikir dan mengambil keputusan. Begitu juga dengan game Starcraft; Gundam Century.

Lalu silat.
Bagaimana dengan silat? Apakah silat sama dengan olahraga lain?
Untuk kebugaran yang dihasilkan, iya, sama.
Namun, saya dan Njenengan juga tidak bisa berharap bahwa seorang pesilat akan hebat bermain tenis meja atau catur. Semuanya memang membutuhkan kecepatan menganalisa dan mengambil keputusan, namun pola geraknya cukup jauh berbeda. Hal tersebut juga berlaku untuk olahraga kompetisi seperti lari dan berenang, saya dan Njenengan akan kesulitan untuk membuktikan bahwa seorang guru silat akan selalu menang bila mengikuti lomba atletik dan berenang. Kenapa?
Karena pola geraknya berbeda.
Untuk menjadi seorang grandmaster dalam catur, ya saya dan Njenengan harus berlatih catur sesuai peraturan catur internasional. Untuk menjadi seorang juara game Point Blank, ya saya dan Njenengan bukan latihan berlari jarak pendek lalu push up hingga 1000 kali, tapi saya dan Njenengan harus berlatih memainkan Point Blank sesuai peraturan perandingannya. Tentu saja, seorang judoka juga berlatih serius dengan peraturan internasional Judo, bukan dengan peraturan IPSI.

Maka, bila Njenengan hendak mengikuti pertandingan silat, berlatih silatlah. Berikan porsi utama untuk silat, baik itu dalam latihan, maupun dalam keseharian. Contoh porsi utama dalam latihan ya gerakan-gerakan silat yang akan mendapat waktu terbanyak, bukan gerakan berenang dan berlari, kecuali memang diprogramkan bahwa ada dan memang akan digunakan teknik berenang dan berlari di gelanggang nanti -jangan lupa untuk cek ulang peraturan pertandingannya.
Contoh porsi utama dalam keseharian adalah dengan menerapkan pola gerak silat dalam gerak sehari-hari sesuai situasi dan kondisi. Misal, menerapkan pola gerak bahu dalam  pergerakan maju mengambil buku, menerapkan perputaran bahu dan pinggul untuk menendang sabit ketika naik motor, atau pola hindaran ketika membuka dan menutup pintu kamar. Bisa juga sesekali bergerak memutar menghindar lalu maju lagi. Atau sesekali bertukar serangan ringan dengan sesama atlet di sela-sela pertemuan di perkuliahan. Tentunya Njenengan tidak kalah kreatif dari saya untuk hal-hal seperti ini.

Tidak perlu malu, saya dan Njenengan bukan melakukan perbuatan yang tercela dan berdosa atau sesat. Justru saya dan Njenengan sedang menempa diri secara serius. Dan bukan mustahil permainan tersebut bahkan akan menarik teman lain untuk mengetahui dan bertanya, kemudian beliau akan ikut berlatih silat bersama saya dan Njenengan. Bermanfaat, bukan?

Sempat terbersit di benak saya tentang lari lintas alam sebagai bagian dari pemusatan latihan untuk pertandingan silat. Apakah di pertandingan nanti memang diijinkan melakukan teknik berlari? Bila tidak diijinkan, lalu untuk apa melatih secara rutin lari naik-turun gunung, menyelam di laut, lompat jongkok? Bukankah akan lebih tepat jika berlatih memainkan Tekken untuk melatih kecepatan respon visual terhadap pergerakan perkelahian? Bila tujuannya untuk sekedar penyegaran menghilangkan kejenuhan, lari zig zag, dan variasi lainnya, saya rasa itu hal yang bagus. Tapi bila dirutinkan untuk membina fisik, jelas sekali berbeda pola gerak dan otot yang digunakan antara bergerak silat dan gerak lari zig zag. Satu contoh perbedaan, benturan dalam lari zig zag hanya terdapat pada telapak kaki terhadap tanah. Dalam silat, benturan akan terjadi di seluruh bagian kaki, tangan, badan, dan semuanya tidak bisa diduga terjadinya. Dalam lari zig zag ada irama benturan, tapi tidak demikian dalam silat. Satu contoh lainnya adalah arah pergerakan; hanya dikenal dua arah pergerakan dalam lari zaig zag, serong dan lurus ke depan. Bagaimana dengan silat? Selain ke depan, samping, dan belakang, masih ada ke bawah.

Memang diperlukan kemampuan fisik dasar sekedar agar seorang pesilat selalu bugar dan layak tampil di hadapan umum, namun bukan berarti hal tersebut boleh mengalihkan fokus dari latihan silat menjadi latihan beban.atau kecepatan justru dengan gerakan yang bukan gerakan silat sendiri.
Seorang kimiawan dan seorang akuntan memang sama-sama bisa membaca dan menulis dan berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik. Namun seorang akuntan hanya perlu membaca artikel tentang bahayanya suatu bahan kimia untuk kesehatannya dari media, bukan terlarut untuk melakukan riset kimia. Dan seorang kimiawan memang perlu seorang akuntan untuk menjaga laporan keuangan perusahaan agar tetap bisa dipercaya dan informatif, bukan mengerjakan disertasi tentang akuntabilitas.

Jadi, berlatih silatlah dengan silat.

Semangat!! 

Kapankah Sebaiknya Memulai Program Latihan untuk Pertandingan?



Teman-teman Atlet Silat sekalian yang saya hormati,

Jika diumumkan akan ada pertandingan silat di bulan 12, sedangkan sekarang adalah bulan Satu, maka bulan berapakah sebaiknya latihan dimulai? Apakah sebaiknya bulan sepuluh atau bulan tujuh?
Menurut saya, mari berlatih mulai sekarang.

Oke, mari berhitung secara sederhana. Kita asumsikan latihan setiap sore tersebut bagaikan menumpuk satu bata untuk membangun sebuah rumah. Kalau Njenengan memulai latihan di bulan sepuluh, maka pada bulan dua belas Njenengan akan berhasil mengumpulkan 30 bata dikalikan dengan 2, yaitu 60 bata. Sedangkan bila Njenengan memulai latihan pada bulan tujuh, maka Njenengan akan berhasil mengumpulkan 30 bata dikalikan dengan 5, yaitu 150 bata.
Dan saya memulai latihan di bulan satu, maka saya hanya akan mengumpulkan 30 bata dikalikan dengan 12, yaitu 360 bata. Saya rasa 360 bata tersebut lebih banyak dari 150 maupun 60 bata.
Bila Njenengan menambah latihan menjadi pagi dan sore, sehingga otomatis jumlah bata Njenengan bertambah dua kali lipat, maka saya juga bisa melakukan hal yang sama. Bila Njenengan melakukan variasi program latihan, saya juga bisa melakukan hal yang sama. Bahkan bila Njenengan menambah jam latihan dari satu jam menjadi dua jam, saya juga bisa melakukan hal yang sama.
Tapi jika saya memiliki program dengan periode 3 bulanan, apakah Njenengan akan menjalaninya dengan memampatkannya menjadi 3 mingguan?
Jika saya merencanakan untuk latih tanding setiap 3 bulan, lalu mengikuti satu kejuaraan daerah sebagai wadah uji coba, apakah Njenengan akan mengadakan latih tanding setiap 3 minggu dan akan menyelenggarakan kejuaraan sendiri untuk wadah uji coba? Bagaimana dnegan pemulihan cedera dan perkembangan tekniknya?

Sebagaimana Njenengan dan saya berkembang dari bayi hingga dewasa, Njenengan dan saya telah menghabiskan ratusan piring nasi dan lauk untuk tumbuh. Apakah mungkin Njenengan memaksa seorang bayi untuk sekaligus menghabiskan ratusan piring nasi dan lauk dengan gizinya yang sangat tinggi dalam waktu beberapa hari saja agar bisa segera menyusul kondisi fisik Njenengan dan saya yang sekarang?
Maka, menyambut sebuah kejuaraan, alangkah baiknya jika direncanakan dengan matang. Semakin jauh persiapan dimulai, kemungkinan keberhasilan akan semakin baik. Program bisa ditata dengan teliti dan cermat. Ada latihan reguler, ada selingan berupa latihan untuk penyegaran menghilangkan kejenuhan, ada waktu untuk uji coba, ada masa pemulihan, tidak lupa waktu untuk kegiatan lain sebagai anggota masyarakat yang baik dan sebagai seorang mahasiswa. Perencanaan yang matang tentunya akan memberikan hasil yang lebih baik.

Jika Njenengan pernah mendengar olimpiade, tentunya Njenengan juga pernah membaca bagaimana para pelatih di negara-negara yang berambisi menang dalam olimpiade tersebut mulai membina bibit atletnya sejak awal. Beliau membina bukan dalam hitungan bulan sebagaimana saya contohkan di atas, beliau membina sejak sang anak di usia pra sekolah!

Semangat!! 

Sabtu, 27 April 2013

Apakah Njenengan Menyukai Silat?

Apakah Njenengan Menyukai Silat?

 
Teman-teman Atlet Silat sekalian yang saya hormati,

Tentunya Njenengan pernah menonton film-film beladiri, terutama Jet Lee, Bruce Lee, lalu UFC, dan sebagainya. Kira-kira, apakah mungkin bila seorang mahasiswa hanya dengan mengulang-ulang filmnya Jet Lee berjudul Tai Chi Master itu sebanyak 100 kali kemudian beliau akan menjadi seorang ahli Tai Chi dan kemampuannya mendekati Jet Lee?
Iya, mungkin. Tapi bukan di dunia yang sekarang sedang saya dan Njenengan huni ini.
Atau mungkinkah dengan memainkan game duel, Tekken, dan memenangkannya hingga tak terkalahkan di seantero desa, maka beliau akan menjadi juara dalam pertandingan?
Iya, mungkin. Beliau mungkin akan menjadi juara dalam pertandingan game Tekken, tapi bukan dalam pertandingan silat.

Silat adalah ilmu tata gerak, membutuhkan praktik, sebagaimana ilmu-ilmu lain, bukan semata dibayangkan. Kimia, bahasa Inggris, Matematika, bahasa Indonesia, semuanya membutuhkan praktik. Dan sebagaimana ilmu-ilmu tersebut, silat juga membutuhkan proses, tahap demi tahap untuk mencapai kemampuan yang diharapkan.
Sebagaimana bayi yang baru lahir, hanya memiliki dua kata; menangis dan tertawa. Kemudian dia belajar mengenali orang tuanya, lalu orang-orang di sekelilingnya, belajar minum dan menelan, belajar berbicara, belajar merayap, lalu merangkak, berjalan, berlari, melompat, hingga akhirnya menulis, membaca, beragama. Semua itu tidak terjadi dalam semalam. Begitu pula belajar silat, memerlukan proses yang tidak bisa instan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

Kalau Njenengan telah memutuskan untuk belajar silat, berarti telah siap dengan konsekuensinya, yaitu berlatih. Semakin baik Njenengan berlatih, semakin baik hasil yang Njenengan akan peroleh. Tuhan itu Maha Adil, Dia tidak akan membebankan sesuatu melebihi kekuatan hambaNya, dan juga memberi sesuai apa yang sang hamba usahakan. Jika Njenengan serius berlatih, maka Dia juga akan serius Memberi, bahkan sering menganugrahkan lebih baik dari yang kita usahakan.
Saya pernah mendengar seseorang menyatakan menyukai silat. Lalu saya tanyakan kepada beliau tentang berapa kali beliau berlatih selama satu bulan. Beliau menjawab hanya dua kali karena kesibukan beliau yang tidak bisa ditinggalkan. Saya jadi berpikir analog dengan seorang kekasih. Jika saya menyukai seorang cantik, berapa kalikah saya akan menemui beliau dalam satu bulan? Saya akan berpikir untuk merubah periode waktunya menjadi jam, bukan bulan. Untuk seseorang yang kita sukai, tentunya sebisa mungkin beliau selalu di dekat kita atau selalu dalam jangkauan kita, beruntunglah jaman sekarang ada telepon seluler dengan fitur panggilan vidio sehingga kita seolah bercakap langsung dengan beliau yang kita hubungi, face to face.
Orang yang menyatakan cinta tetapi menghubungi hanya dua kali dalam sebulan, kaum Hawa tentunya lebih paham bagaimana menilai orang tersebut, apakah benar mencintai atau hanya hendak menyakiti (baca:mempermainkan).

Maka, jika Njenengan mengatakan ingin belajar silat, suka silat, memilih silat, berlatihlah. Jika Njenengan hendak mengharumkan nama bangsa ini dengan menjadi seorang atlet silat, maka berlatihlah layaknya seorang atlet silat. Jika seorang pelatih atau seorang ahli yang Njenengan tuju, maka berlatihlah sebagaimana layaknya seorang ahli.

Semangat!!