Teman-teman Atlet
Silat sekalian yang saya hormati,
Saya juga seorang
gamer, game kegemaran saya adalah Samurai Shodown, Tekken, Need For Speed, Starcraft,
dan Industry Giant II. Saya bermain cukup bagus, sehingga hanya beberapa orang
saja yang bisa mengalahkan saya –iya, ternyata masih ada langit di atas gedung
bertingkat. Awalnya, saya kira saya akan mudah memenangkan Tekken setelah saya
bagus dalam bermain Samurai Shodown, ternyata saya salah. Saya masih harus
belajar lagi. Kemudian, saya teralihkan dengan kehadiran Need For Speed, waktu
itu masih Hot Pursuit. Saya pikir akan mudah memainkannya, toh saya sudah
belajar banyak game. Ternyata saya salah, sekali lagi. Selesai menamatkan SS,
Tekken, dan NFS, saya menemukan sebuah gender game baru, Industry Giant II.
Dari namanya, tentunya sudah bisa ditebak bahwa game ini bukan tentang adu
cepat bergerak sebagaimana tiga game sebelumnya.
Ternyata sama saja;
game ini juga membutuhkan kecepatan berpikir dan mengambil keputusan. Begitu
juga dengan game Starcraft; Gundam Century.
Lalu silat.
Bagaimana dengan
silat? Apakah silat sama dengan olahraga lain?
Untuk kebugaran
yang dihasilkan, iya, sama.
Namun, saya dan
Njenengan juga tidak bisa berharap bahwa seorang pesilat akan hebat bermain
tenis meja atau catur. Semuanya memang membutuhkan kecepatan menganalisa dan
mengambil keputusan, namun pola geraknya cukup jauh berbeda. Hal tersebut juga
berlaku untuk olahraga kompetisi seperti lari dan berenang, saya dan Njenengan
akan kesulitan untuk membuktikan bahwa seorang guru silat akan selalu menang
bila mengikuti lomba atletik dan berenang. Kenapa?
Karena pola
geraknya berbeda.
Untuk menjadi
seorang grandmaster dalam catur, ya saya dan Njenengan harus berlatih catur
sesuai peraturan catur internasional. Untuk menjadi seorang juara game Point
Blank, ya saya dan Njenengan bukan latihan berlari jarak pendek lalu push up
hingga 1000 kali, tapi saya dan Njenengan harus berlatih memainkan Point Blank sesuai peraturan
perandingannya. Tentu saja, seorang judoka juga berlatih serius dengan
peraturan internasional Judo, bukan dengan peraturan IPSI.
Maka, bila Njenengan hendak mengikuti pertandingan silat, berlatih silatlah. Berikan porsi utama untuk silat, baik itu dalam latihan, maupun dalam keseharian. Contoh porsi utama dalam latihan ya gerakan-gerakan silat yang akan mendapat waktu terbanyak, bukan gerakan berenang dan berlari, kecuali memang diprogramkan bahwa ada dan memang akan digunakan teknik berenang dan berlari di gelanggang nanti -jangan lupa untuk cek ulang peraturan pertandingannya.
Contoh porsi utama
dalam keseharian adalah dengan menerapkan pola gerak silat dalam gerak
sehari-hari sesuai situasi dan kondisi. Misal, menerapkan pola gerak bahu dalam
pergerakan maju mengambil buku, menerapkan perputaran bahu dan pinggul
untuk menendang sabit ketika naik motor, atau pola hindaran ketika membuka dan
menutup pintu kamar. Bisa juga sesekali bergerak memutar menghindar lalu maju
lagi. Atau sesekali bertukar serangan ringan dengan sesama atlet di sela-sela
pertemuan di perkuliahan. Tentunya Njenengan tidak kalah kreatif dari saya
untuk hal-hal seperti ini.
Tidak perlu malu, saya dan Njenengan bukan melakukan perbuatan yang tercela dan berdosa atau sesat. Justru saya dan Njenengan sedang menempa diri secara serius. Dan bukan mustahil permainan tersebut bahkan akan menarik teman lain untuk mengetahui dan bertanya, kemudian beliau akan ikut berlatih silat bersama saya dan Njenengan. Bermanfaat, bukan?
Sempat terbersit di benak saya tentang lari lintas alam sebagai bagian dari pemusatan latihan untuk pertandingan silat. Apakah di pertandingan nanti memang diijinkan melakukan teknik berlari? Bila tidak diijinkan, lalu untuk apa melatih secara rutin lari naik-turun gunung, menyelam di laut, lompat jongkok? Bukankah akan lebih tepat jika berlatih memainkan Tekken untuk melatih kecepatan respon visual terhadap pergerakan perkelahian? Bila tujuannya untuk sekedar penyegaran menghilangkan kejenuhan, lari zig zag, dan variasi lainnya, saya rasa itu hal yang bagus. Tapi bila dirutinkan untuk membina fisik, jelas sekali berbeda pola gerak dan otot yang digunakan antara bergerak silat dan gerak lari zig zag. Satu contoh perbedaan, benturan dalam lari zig zag hanya terdapat pada telapak kaki terhadap tanah. Dalam silat, benturan akan terjadi di seluruh bagian kaki, tangan, badan, dan semuanya tidak bisa diduga terjadinya. Dalam lari zig zag ada irama benturan, tapi tidak demikian dalam silat. Satu contoh lainnya adalah arah pergerakan; hanya dikenal dua arah pergerakan dalam lari zaig zag, serong dan lurus ke depan. Bagaimana dengan silat? Selain ke depan, samping, dan belakang, masih ada ke bawah.
Memang diperlukan kemampuan fisik dasar sekedar agar seorang pesilat selalu bugar dan layak tampil di hadapan umum, namun bukan berarti hal tersebut boleh mengalihkan fokus dari latihan silat menjadi latihan beban.atau kecepatan justru dengan gerakan yang bukan gerakan silat sendiri.
Seorang kimiawan
dan seorang akuntan memang sama-sama bisa membaca dan menulis dan berbahasa
Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik. Namun seorang akuntan hanya perlu
membaca artikel tentang bahayanya suatu bahan kimia untuk kesehatannya dari
media, bukan terlarut untuk melakukan riset kimia. Dan seorang kimiawan memang
perlu seorang akuntan untuk menjaga laporan keuangan perusahaan agar tetap bisa
dipercaya dan informatif, bukan mengerjakan disertasi tentang akuntabilitas.
Jadi, berlatih silatlah dengan silat.
Semangat!!